Langsung ke konten utama

Meramu Rindu

Denting-denting hujan sore ini membuatku tak ingin beranjak. Ia membuatku ingin diam, di sini saja. Memerhati tiada henti. Menata pandanganku perlahan. Mencoba melukisnya dalam lamunan.
Seketika itu, awan jingga di ufuk barat yang biasa aku lihat kini tak lagi nampak. Ia ditutup kabut tebal dan guyuran air. Aku tidak dapat melihatnya. Sungguh kali ini aku tidak dapat melihatnya. Biasanya ia yang aku pandang-pandangi. Ku simpan rapi dalam memori.

Tapi kini saat aku tak melihatnya. Aku hanya bisa diam saja. Ya, aku mulai diam termangu. Termangu menata rindu. Membuka kembali memori-memori yang kusimpan rapi. Ku bolak-balik seperti lembaran foto dalam album.
Terlihat wajah ceria dan menyebalkan. Rupanya rindu semakin memaksaku. Menukik dalam rongga pikiranku. Membuatku makin tak bisa berkata-kata. Membuatku semakin sakit. Tapi aku bisa apa?

Aku hanya bisa meramu rindu ini. Tanpa tau bagaimana mengantarkannya padamu sebagai obatku sendiri. Biarlah. Biarkan saja aku yang rasa. Meramu rindu kini jadi pekerjaanku. Nanti kalau sudah tiba saatnya. Akan aku minum rindu ini hingga habis tak bersisa.


Dariku yang selalu meramu rindu
Emi is Amy


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untukmu, yang terlahir dari rahim yang sama

Kepada adikku tersayang, yang terlahir dari rahim yang sama. Saat pertama kali aku tahu kau lahir, betapa senangnya aku saat itu, kerena aku tidak akan sendirian lagi. Meskipun kadang aku galak atau bahkan sangat galak padamu, aku harap kamu memakluminya. Aku membawa sifat dasar seorang kakak, keras kepala hingga kini. Aku sadar aku bukan manusia paling baik di dunia ini. Aku juga bukan manusia dengan penuh kesabaran. Tapi aku berusaha menjadi sosok yang senantiasa melindungi dan menjaga keluarga dan orang-orang yang aku sayang termasuk kamu dalam hal apapun. Sebagai seorang kakak yang mungkin kadang jahat dan galak kepadamu, biarlah aku sedikit menuliskan doa-doaku dan harapan-harapanku. Karena aku terlalu lemah untuk mengucapkannya secara langsung kepadamu. Adikku, kuucapkan selamat atas usiamu yang baru saja bertambah satu, yang kini tak pantas lagi jika aku sebut sebagai anak-anak. Selamat karena telah melewati beberapa fase yang membawamu hingga pada titik ini. Selamat karena

Antara menemukan atau mencari

Menemukan atau mencari? Manakah tugasku? Manakah tugasmu? Aku yang menunggumu? Atau kau yang pasti datang menemuiku? Aku tidaklah pandai dalam menyimpan Akupun tidaklah pandai dalam mencari Namun Tuhan mengizinkan aku menemukan Sesuatu yang bahkan aku belum cari Jika ini sebuah takdir Biarkan Tuhan melanjutkan apa yang seharusnya menjadi takdir Biarkan Tuhan mengaturnya apa yang ada dalam garis tanganku, tanganmu Jika bertemunya aku denganmu adalah takdirku juga takdirmu, biarkan Tuhan merancangnya dengan sangat indah Toh akupun belum merancang apapun sebelum melihatmu Namun Jika ini adalah jawaban atas doa-doa Doamu, doaku Biarkan doa menuntun jalan ini Aku tidak akan menuntut apapun kepada Tuhanku Karena aku tidak berhak atas itu Hakku adalah menerima, meski tugasku adalah berdoa, ya meminta Karena yang sejati bukan datang karena terpaksa Karena yang sejati datang disaat yang tepat, tanpa terlalu dan terlewat Karena yang sejati akan datang meskipun dia ta